BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Budaya masyarakat awal Indonesia mengalami perkembangan
dalam beberapa Zaman.Periode pertama adalah Zaman Batu Tua atau Stonge age.Zaman
Batu adalah periode masa Prasejarah dimana manusia pada zaman itu banyak menggunakn
batu untuk keperluan sehari-hari dan bertahan hidup seperti berburu dan
melakukan ritual.Pada makalah ini akan dibahas mengenai kehidupan awal
masyarakat indonesia yang mengalami perkembangan Biologis budaya,Sosial
ekonomi,dan Tegnologi.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang manusia dari sudut
biologi.manusia hanyalah salah-satu dari jutaan mahluk hidup lain yang pernah
ada atau masih berada di bumi kita.Pada abad ke-19 para ahli biologi khususnya
Carles Darwin mengumumkan teori proses evolusi biologi.
Menurut teori itu,bentuk-bentuk asal mula mahluk hidup
dari mahluk kecil(Microorganisme) atau Protozoa. Dalam jangka waktu ratusan
tahun kemudian muncul dan berkembang mahluk-mahluk hidup yang lebih
kompleks.Pada kala terakhir mulailah berkembang atau berevolusi mahluk-mahluk
manusia dan kera.
Ada
2 hal yang menyebabkan masyarakat pada masa ini cenderung selalu berpindah.
Pertama, binatang buruan dan umbian telah berkurang ditempat mereka diami saat
itu. Kedua, binatang buruan akan berpindah tempat pada musim kemarau
untuk mencari sumbr air yang ebih baik untuk kelangsungan hidupnya.
Dalam
setiap kelompok terdapat seorang oemimpin yang mereka pilih dari kelompoknya
sendiri. Pemilihan pemimpin dengan cara ini meggunakan sistem primus
interpares, yaitu memilih yang terkuat secara fisik dan dianggap mempunyai
pandangan yang lebih luas dari keseluruhan orang yang ada didalm kelompoknya.
Untuk
keperluan berburu mereka juga menciptakan alat bantu yang terbuat dari batu
dengan bentuk yang masih sangat sederhana. Dalam kehidupan seosial mereka juga
membutuhkan alat komunikasi. Manusia pada saat itu menggunakan bahasa yang
sederhana, dengan dibantu isyarat muka, tangan dan anggota tubuh lainnya.
Meskipun
hidup berpindah-pindah tempat, manusia urba juga telah memiliki naluri untuk
melindungi diri dari binatang buas,fenomena alam, dan lain-lain. Mereka jga
berusaha mencari tempat tinggal seperti di gua-gua.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana Kehidupan Awal Manusia di
bumi?
2.
Bagaimana Kehidupan Awal Masyarakat Indonesia?
3.
Bagaimana Awal Kehidupan Sosial,
Ekonomi, dan Budaya Di Indonesia?
4.
Apa itu Kebudayaan Dongson, Sahuyinh
dan India?
1.3. TUJUAN PENULISAN
1.
Mengetahui Sejarah Kehidupan Awal
Manusia.
2.
Mengetahui Sejarah Kehidupan
Masyarakat Indonesia.
3.
Memahami Kehidupan Sosial, Ekonomi
dan Budaya Awal Indonesia.
4.
Memahami Sejarah Kebudayaan DOngson,
Sahuyinh dan India.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KEHIDUPAN AWAL MANUSIA DI BUMI
Awal
Kehidupan Manusia di Bumi ini sudah sangat lama. Kehidupan masyarakat pada
berburu dan mengumpulkan makanan masih sangat sederhana. Masa ini disebut masa food
gathering (mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup
berpindah-pindah (nomaden). Manusia purba telah menghasilkan kebudayaan
secara sederhana dengan menciptakan alat-alat untuk menangkap binatang buruan,
menguliti binatang buruan, mengorek ubi-ubian, mengail ikan dari bahan-bahan
seperti batu, kayu, tulang, tanduk, binatang, dan sebagainya.
Kemudian
manusia prasejarah berkembang dengan mulai mengenal tempat tinggal sementara (semi
sedenter), misalnya di tepi pantai atau di gua-gua. Sisa-sisa peninggalan
hidup tempat tinggal sementara dari zaman Mesolitikum ini antara lain kyokkemoddinger (sampah
dapur) dan abris sous roche (gua sebagai tempat tinggal). Alat-alat
kehidupan merekapun makin berkembang, seperti chooper (kapak
perimbas/pebble/kapak Sumatra), chopping tool (kapak
penetak), anak panah, flake, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa dan
sebagainya. Kehidupan manusia purba pada masa menetap dan bercocok tanam berlangsung
pada zaman Neolitikum.
Sejarah
Proses Pembentukan Bumi :
1. Zaman
arkhaikum
Belum ada kehidupan
disebabkan bumi masih panas & merupakan bola gas panas yang berputar pada
porosnya
2. Zaman
paleozoikum :
· Zaman
ketika terdapat kehidupan makhluk pertama di bumi
- Disebut juga zaman primer (karena untuk pertama kalinya ada kehidupan)
- Terbagi menjadi beberapa tahap kehidupan :
1.
Cambrium : Kehidupan amat primitif
seperti kerang dan ubur-ubur
2.
Silur : Hewan bertulang belakang
seperti ikan
3.
Devon : Binatang jenis amfibi tertua
4.
Carbon : Binatang merayap jenis reptil
5.
Perm : Hewan darat, ikan air tawar dan
amfibi
3. Zaman
mesozoikum :
- Zaman sekunder (zaman hidup kedua), disebut juga zaman reptil sebab muncul reptil besar seperti dinosaurus dan atlantosaurus
- Terbagi menjadi 3 :
- Trias : Ikan, amfibi dan reptil
- Jura : Reptil dan sebangsa katak
- Calcium : Burung pertama dan tumbuhan berbunga
- Ikan di darat mengalami evolusi, siripnya menjadi kaki yang kuat, ekornya tumbuh semakin panjang, kepalanya yang semakin keras dan besar. Inilah yang kita kenal dengan nama dinosaurus, brontosaurus dan atlantosaurus
- Dinosaurus pemakan tumbuhan kecuali Tyranosaurus
- Brontosaurus besarnya 10x gajah
- Reptil terbang seperti Pteranodon
4.
Zaman neozoikum :
- Zaman bumi baru (bumi sudah terbentuk sepenuhnya)
- Terbagi menjadi :
- Zaman tertier : Zaman hidup ketiga, makhluh hidup berupa binatang menyusui sejenis monyet & kera, reptil raksasa mulai lenyap, dan pada akhir zaman ini sudah ada jenis kera-manusia. Zaman ini ditandai dengan munculnya tenaga endogen yang dahsyat sehingga mematahkan kulit bumi
- Zaman kuarter : Zaman hidup keempat, mulai muncul kehidupan manusia.
Dibedakan
menjadi :
- Zaman pleistosen (Diluvium) : Terjadi penurunan suhu drastis dan memunculkan zaman es (zaman glasial)
- Zaman holosen (Aluvium) : Zaman lahirnya jenis Homo Sapiens, yaitu jenis manusia seperti manusia sekarang
2.2. KEHIDUPAN AWAL
MASYARAKAT INDONESIA
A. Kehidupan
Masyarakat Berburu dan Mengumpulkan Makanan
1. Lingkungan
Alam Kehidupan
Kehidupan
masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan ini sangatlah sederhana. Kehidupan
mereka tak ubah seperti kelompok hewan karena bergantung pada apa yang
disediakan oleh alam. Pada masa ini manusia hidup di alam bebas seperti di
hutan, tepi-tepi sungai, goa, dan lembah. Keadaan berburu mereka pun masih
belum stabil dan sangat liar. Pada masa ini, mereka cenderung
berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa selanjutnyalah baru mereka menciptakan perahu.
berjalan menyusuri tepi-tepi pantai dan pada masa selanjutnyalah baru mereka menciptakan perahu.
2.
Kehidupan Sosial
Masyarakat
pada masa berburu dan mengumpulkan makanan telah mengenal kehidupan kelompok.
Jumlah anggota dalam setiap kelompok sekitar 10-15 orang. Mereka selalu hidup
berpindah-pindah. Hubungan antar anggota kelompok sangatlah erat. Mereka
bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup serta mempertahankan hidup mereka.
Masing-masing kelompok memiliki pemimpin dan
mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing .
mereka menghormati pemimpin mereka masing-masing .
2. Kehidupan
Budaya
Pada
masa ini mereka mulai membuat alat-alat berburu, alat pemotong, alat pengeruk
tanah dan lainnya. Para ahli menafsirkan pembuat alat tersebut ialah jenis
manusia Pithecanthropus dan kebudayaannya disebut tradisi Paleolitikum (batu
tua). Banyak di temukan di kali basoka, daerah Kabupaten Pacitan . Penelitian
ini di lakukan oleh H.R van Heekeren, Besuki, dan R.P. Soejono (1953 1954).Adapun
benda-benda hasil kebudayan zaman tersebut ialah :
Ø Kapak
Perimbas
Ø Kapak
Penetak
Ø Kapak
Genggam
Ø Pahat
Genggam
Ø Alat
serpih
Ø Alat-alat
dari tulang
3. Kehidupan
Ekonomi
Pada
masa mengumpulkan makanan ini, mereka bekerja sama dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan anggota kelompok yang masih sedikit mereka dapat
dengan mudah memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupnya dari alam bebas, saat
persedian hutan habis mereka pindah ke daerah lainnya untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka.
menemukan kebutuhan-kebutuhan mereka.
4. Kehidupan
Kepercayaan Masyarakat
Pada
masa ini mereka sudah memiliki anggapan tertentu dan memberikan penghormatan
terakhir kepada orang yang meninggal dengan sisteam penguburan dan mereka sudah
mempergunakan akal pikiran mereka walaupun hanya terbatas hal-hal tertentu
saja. Dengan penguburan terhadap orang yang baru meninggal
maka konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup sudah di yakini.
maka konsep kepercayaan tentang adanya hubungan antara orang yang sudah meninggal dan yang masih hidup sudah di yakini.
B. Kehidupan Masyarakat Beternak dan Bercocok
Tanam
1. Lingkungan Alam Kehidupan
Kehidupan
bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma
adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya,
setelah tanah tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain.
Kemudian mereka mengulang pekerjaan membuka hutan,
demikian seterusnya. Namun dalam perkembangan berikutnya, manusia mulai memikirkan kembali untuk hidup dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah- tanah persawahan. Kehidupan menetap yang dipilih manusia pada masa lampau itu merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan.
demikian seterusnya. Namun dalam perkembangan berikutnya, manusia mulai memikirkan kembali untuk hidup dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah- tanah persawahan. Kehidupan menetap yang dipilih manusia pada masa lampau itu merupakan titik awal dari perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai kemajuan.
2.
Kehidupan Sosial
Kehidupan
masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Masyarakat mulai mempunyai tempat tinggal tetap. Tempat tinggal tetap untuk
mempererat hubugan antar manusia, yang menunjukkan bahwa manusia tidak bisa
hidup sendiri. Kehidupan sosial yang dilakukan oleh masyarakat pada masa
bercocok tanam ini terlihat dengan jelas melalui cara bekerja dengan bergotong
royong. Cara hidup bergotong royong itu bersifat agraris.
3.
Kehidupan Ekonomi
Pada masa
kehidupan bercocok tanam, kebutuhan kehidupan masyarakat semakin bertambah,
namun tidak ada anggota masyarakat yang dapat memenuhi kehidupannya sendiri.
Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing
diadakan pertukaran barang dengan barang yang disebut sistem barter. Sistem barter
ini menjadi awal munculnya perdagangan atau sistem perekonomian masyarakat.
Untuk memperlancar kegiatan tersebut dibutuhkan tempat khusus yang dapat
dijadikan sebagai tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang disebut
pasar.
4. Sistem
Kepercayaan Masyarakat
Pada
masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah. Mereka
percaya bahwam orang-orang yang meninggal rohnya pergi ke suatu tempat yang
tidak jauh dari tempat tinggalnya atau tetap berada di wilayah di sekitar
tempat tinggalnya sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai
bantuannya dalam kasus seperti menanggulangi wabah penyakit atau mengusir
pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang tempat tinggalnya. Di Indonesia,
kepercayaan dan pemujaan kepada roh nenek moyang terlihat melalui peninggalan-peninggalan
tugu-tugu batu atau bangunan-bangunan mengalithikum. Bangunan-bangunan itu
banyak ditemukan di tempat-tempat tinggi dari daerah
sekitarnya sehingga muncul anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di tempat yang lebih tinggi.
sekitarnya sehingga muncul anggapan masyarakat bahwa roh-roh tersebut berada di tempat yang lebih tinggi.
5. Kehidupan
Budaya
Pada
masa kehidupan bercocok tanam kebudayaan yang dihasilkan semakin beragam
seperti yang terbuat dari tanah liat, batu, dan tulang. Contohnya:
1. Beliung
Persegi
Diduga
digunakan untuk upacara. Ditemukan di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.
2. Kapak
Lonjong
Kapak
ini ditemukan di daerah Maluku, Papua, sebagian Sulawesi Utara, Kepulauan
Filipina, Taiwan dan Cina.
3. Mata
Panah
Digunakan
untuk berburu dan menangkap ikan. Ditemukan di daerah Papua.
4. Gerabah
Digunakan
sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan dan sebagai alat untuk
mencurahkan rasa seni. Ditemukan di seluruh wilayah Indonesia.
5. Perhiasan
Pada
masa bercocok tanam kebudayan, telah dikenal berbagai bentuk perhiasan. Bahan
dasarnya berasal dari lingkungan alam sekitar tempat tinggal mereka yaitu seperti
tanah liat, batu kalsedon, yaspur dan agat. Perhiasaan yang dihasilkan seperti
kalung, gelang dan lain-lain. Disamping perhiasan tersebut juga ditemukan
kebudayaan yang terbuat dari batu besar atau Megalitikum pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam. Kebudayaan megalitikum erat kaitannya dengan kegiatan religius, yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. Bangunan ini dibuat berdasarkan adanya kepercayaan hubungan antara alam fana dan alam baka. Contoh Bangunan Pada Masa Megalitikum
kebudayaan yang terbuat dari batu besar atau Megalitikum pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam. Kebudayaan megalitikum erat kaitannya dengan kegiatan religius, yaitu kepercayaan terhadap nenek moyang. Bangunan ini dibuat berdasarkan adanya kepercayaan hubungan antara alam fana dan alam baka. Contoh Bangunan Pada Masa Megalitikum
Menhir,
adalah tugu batu tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang, ditemukan di daerah
Sumatera, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Waruga, adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Waruga, adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat yang dibuat dari batu utuh. Ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara.
Dolmen,
adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek
moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Ditemukan di
Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.
Punden
berundak-undak,
adalah bangunan suci tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang dibuat
bertingkat-tingkat. Ditemukan di daerah Lebak Si Beduk daerah Banten Selatan.
Sarkofagus,
adalah peti jenazah yang terbuat dari batu bulat (batu tunggal). Banyak
ditemukan di Bali.
Kubur
batu, adalahb
peti jenazah terbuat dari batu pipih. Banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa
Barat.
Arca,
arca dari masa megalitikum menggambarkan kehidupan binatang dan manusia. Banyak
ditemukan di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
2.3. Perkembangan
Teknologi Masyarakat Awal Indonesia
1. Keadaan Alam Lingkungan Kehidupan Manusia
Dalam
kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan kebutuhannya sendiri,
meskipun tidak seluruhnya. Pengenalan teknologi pada masa itu terlihat jelas
pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang mereka
gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika manusia mulai
mengenal logam, manusia telah dapat menggunakan peralatan yang terbuat dari
logam, seperti peralatan rumah tangga, pertanian, berburu, berkebun, dll.
Tetapi dengan meluasnya penggunaan peralatan yang terbuat dari logam, peralatan
tersebut dibuat oleh orang yang ahli dibidangnya yang disebut undagi dan tempat
pembuatan alat tersebut disebut perundagian.
Dalam
perkembangan teknologi awal ini, masyarakat Indonesia juga mulai mengenal benda-benda
yang terbuat dari logam dan perunggu. Hal ini terbukti karena ditemukannya
benda-benda dari perunggu di beberapa wilayah di Indonesia. Dapat disimpulkan
bahwa seiring dengan mulai dikenalnya logam, pola pikir dan
teknologi manusia berkembang.
teknologi manusia berkembang.
2. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
Masa
perundagian adalah masa manusia telah mengenal logam. Masa perundagian sangat
penting artinya dalam perkembangan sejarah Indonesia, karena pada masa ini
terjalin hubungan dengan daerah-daerah disekitar Indonesia. Hubungan
ini terjadi karena bahan-bahan dari logam yang tersedia menyebar di tempat-tempat tertentu dan untuk mendapatkannya dilakukan sistem barter. Pada masa ini juga menjadi dasar bertumbuh kembangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia peninggalan-peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia. Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik pertanian. Masyarakat persawahan terus berkembang dengan pesat termasuk pada aktivitas ekonominya.
ini terjadi karena bahan-bahan dari logam yang tersedia menyebar di tempat-tempat tertentu dan untuk mendapatkannya dilakukan sistem barter. Pada masa ini juga menjadi dasar bertumbuh kembangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia peninggalan-peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya Indonesia. Kemakmuran masyarakat diketahui melalui perkembangan teknik pertanian. Masyarakat persawahan terus berkembang dengan pesat termasuk pada aktivitas ekonominya.
3. Kehidupan
Budaya Masyarakat
Benda-benda
peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam diantaranya:
1. Nekara
Perunggu
Fungsinya
sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunnya, hujan dan sebagai genderang
perang. Banyak ditemukan di daerah timur Indonesia.
2. Kapak
Perunggu
Ada
yang berbentuk pahat, jantung atau tembilang.
3.
Bejana Perunggu
Bentuknya
mirip gitar spanyol tanpa tangkai. Ditemukan di daerah Madura dan Sumatera
4. Arca
Perunggu
Ditemukan
di daerah Bangkinang, Riau, Lumajang, Bogor dan Palembang.
5.
Perhiasan
Ditemukan
di daerah Bogor, Bali, Malang.
2.4.
SISTEM
KEPERCAYAAN AWAL MASYARAKAT INDONESIA
1. Kepercayaan Terhadap Roh Nenek Moyang
Perkembangan
sistem kepercayaan pada masyarakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat
berburu dan mengumpulkan makanan. Pada umunya mereka hidup berpindah-pindah.
Namun, dalam perkembangannya mereka mulai menetap, menetap di goa-goa yang di
tepi pantai atau di pedalaman.
Orang mulai memiliki pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman-zaman.
Orang mulai memiliki pandangan bahwa hidup tidak berhenti setelah orang meninggal. Orang yang meninggal dianggap pergi ke suatu tempat yang lebih baik. Inti kepercayaan terhadap roh nenek moyang terus berkembang dari zaman-zaman.
2. Kepercayaan Bersifat Animisme
Animisme
merupakan kepercayaan masyarakat terhadap benda yang dianggap memiliki roh atau
jiwa. Awal munculnya kepercayaan ini didasari dari berbagai pengalaman
masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu muncul kepercayaan terhadap benda-benda
pusaka yang dipandang memiliki roh yang dianggap dapat memberi petunjuk tentang
berbagai hal yang berkembang dalam masyarakat. Contohnya sebilah keris yang
dianggap pusaka.
Kepercayaan seperti ini masih berkembang hingga sekarang.
Kepercayaan seperti ini masih berkembang hingga sekarang.
3. Kepercayaan Bersifat Dinamisme
Dinamisme
adalah kepercayaan bahwa setiap benda memilki kekuatan gaib. Contohnya batu
cincin dipandang mempuyai kekuatan untuk melemahkan lawan.
4. Kepercayaan
Bersifat Monoisme
Monoisme
adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul
berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat.
2.5. KEBUDAYAAN DONGSON, SAHUYINH DAN INDIA
A. Kebudayaan
Dongson
Makin meningkatnya kehidupan social ekonomi manusia maka
terjadi pula peningkatan bentuk kehidupan dari masa sebelumnya. Peningkatan ini
terutama dalam hal pengolahan logam, khususnya perunggu dan besi. Dengan
peningkatan tersebut dapat disimpulkan bahwa telah terdapat kelompok masyarakat
dengan pembagian kerja yang baik. Pembagian ini tidak hanya meliputi pembuatan
dari logam, tetapi juga dibidang-bidang lain. Oleh karena itu masyarakat
perundagian telah menampakkan ciri-ciri masyarakat yang teratur. Zaman
perundagian sering disebut zaman kemajuan tehnologi karena pada masa itu
tehnologi telah berkembang. Pembuatan alat dari logam sudah mereka kuasai.
Berikut tehnik pembuatan dari logam:
a. Teknik Bivalve
Tehnik bivalve atau tehnik setangkup adalah tehnik cetakan
dengan menggunakan dua alat cetak yang dijadikan satu dan dapat ditangkupkan.
Alat cetak itu diberi lubang pada bagian atasnya. Dari lubang itu dituangkan
logam yang telah dicairkan. Apabila cairan itu sudah dingin, cetakan dibuka.
Selesailah pengerjaannya. Cetakan setangkup ini dapat digunakan berkali-kali.
Contoh dari hasil cetakan ini adalah nekara.
b. Tehnik cetakan lilin (A Cire Perdue)
Pembuatan barang dengan tehnik a cire perdue dilakukan
dengan membuat model dari lilin terlebih dahulu. Lilin dibungkus dengan tanah
liat dan bagian atasnya diberi lubang. Tanah liat kemudian dibakar sehingga
lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Tanah liat yang
kosong tadi selanjutnya diisi dengan cairan perunggu. Setelah dingin dan kental,
tanah liat pembungkus tadi dihancurkan. Cetakan ini hanya dapat dipakai sekali.
Contoh dari hasil cetakan ini hanya untuk mencetak benda-benda kecil (arca-arca
kecil). Di Indonesia penggunaaan logam untuk pembuatan peralatan hidup
diketahui pada masa beberapa abad sebelum masehi. Benda-benda perunggu yang
ditemukan di Indonesia menunjukkan persamaan dengan temuan-temuan di Dong Son
Vietnam, baik bentuk maupun pola hiasnya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
budaya yang berkembang di Dong Son dan Indonesia.
Benda-benda yang dihasilkan dari pengolahan logam pada
zaman perundagian antara lain adalah nekara perunggu, kapak perunggu, bejana
perunggu, arca-arca perunggu, dan perhiasan. Adapun benda-benda dari besi
antara lain mata kapak, mata sabit, mata
pisau, mata pedang, cangkul dan tongkat.
Pada zaman perundagian peranan perunggu dan besi sangat
besar. Tetapi bukan berarti menghapuskan pembuatan alat-alat dari tanah.
Pembuatan gerabah justru mengalami perkembangan.
B. Kebudayaan Sahuyinh
Para Imigran Austronesia telah bermukim di Vietnam
Selatan kira-kira 1500 SM.Mereka mengembangkan sebuah kebudayaan yang biasa
dinamai dengan nama desa dimana situs pertama ditemukan.Orang-orang Austronesia
ini selama berabad-abad telah melakukan kontak budaya dengan Ban Kao dan
DongSon.Teknik pertanian dan metalurgi yang berkembang di Thailand Tengah dan
Vietnam Utara mempengaruhi kebudayaan mereka juga.Situs-situs Sa Huynh tersebar
luas di sepanjang pantai Vietnam Selatan sampai pada delta sungai Mekong.Ada
dua fakta yang pantas untuk dicatat terkait hubungan kultural Sa Huynh dengan
para tetangga Indo-Chinanya:
1.
Sangat sedikit artefak DongSon di situs-situs Sa Huynh.
2.
Situs-situs ini lebih banyak menghadirkan artefak-artefak besi daripada
perunggu.
Sebaliknya DongSon lebih banyak menghasilkan
artefak-artefak perunggu daripada besi.Dari ini bisa disimpulkan orang-orang Sa
Huynh mungkin lebih banyak hubungan komersial dengan komunitas Thailand Tengah
daripada dengan orang-orang DongSon.Mengikuti pencaplokan Tonkin oleh dinasti
Han,Vietnam Tengah sejenak berada di bawah kendali China.Wilayah-wilayah utara
Vietnam yang telah takluk dijadikan salah satu propinsi bernama Rinan.Akhirnya
pada tahun 192 M,terjadi pemberontakan,yang berhasil mendirikan sebuah
pemerintahan Sa Huynh yang merdeka di sebelah selatan Rinan yang disebut
sebagai Lin Yi oleh orang-orang China.Selama berjalannya waktu,Lin Yi
mengembangkan pengaruhnya sampai ke arah selatan dan timur pantai-pantai
Vietnam Tengah.Kebudayaan asli Sa Huynh bertahan hingga awal millenium pertama
M,saat kemudian kebudayaan ini cenderung berkiblat ke India melalui pengaruh
Funan dan kemudian dikenal sebagai Champa(Cham).
Jadi disini ada dua difusi kebudayaan paleometalik ke
kepulauan Indo-Melayu: apakah itu berasal dari Vietnam Utara(DongSon) atau
Thailand Tengah(melalui Sa Huynh).Karena pertukaran kultural dan komersial di
kepulauan itu hanya bisa dilakukan melalui laut,dan karena tidak seperti
orang-orang Austronesia,belum pernah ada bukti apapun bahwa orang-orang Viet
adalah para pelaut ulung,maka kesimpulannya para pelaut Austronesia lah yang
mungkin lebih berperan sebagia vektor/ perantara bagi kerajinan-kerajinan baru
itu.Hubungan-hubungan yang kelihatannya tidak erat antara Sa Huynh dan DongSon
menimbulkan teori bahwa ada lebih banyak pertukaran antara komunitas
Austronesia Sa Huynh dengan Thailand Tengah daripada dengan Vietnam
Utara.Kelihatannya juga kerajinan paleometalik terdifusi dari Thailand
Tengah,baik sepanjang pantai semenanjung Melayu ke Sumatera dan Jawa atau langsung
dari pusat-pusat Sa Huynh melalui jaringan komersial Laut China
Selatan.Sedangkan difusi barang-barang perunggu DongSon dimungkinkan melalui
jalur perdagangan khusus.Barang-barang ini telah menjadi barang berstatus atau
barang mewah,langka yang tidak sembarangan orang mampu memilikinya.Bagi para
pemimpin Austronesia kepemilikan sebuah benda bernilai seni tinggi adalah
pertanda yang nyata bagi status sosial mereka,dan itu diwakili oleh
barang-barang kerajinan DongSon yang paling indah dan langka.Barang status
DongSon yang paling terkenal adalah kuali-kuali perunggu.
Ø Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600
SM-1 M. Pada dasarnya merupakan kebudayaan yang mirip dengan Kebudayaan Dongson.
Karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari
kebudayaan Dong Son.
Ø Budaya Sa Huynh ditemukan di kawasan pantai Vietnam
Tengah ke Selatan sampai lembah sungai Mekong.
Ø Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan didukung
oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia (Cham) yang
diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.
Ø Orang-orang Cham pernah mengembangkan peradaban yang
dipengaruhi oleh budaya India Champa tetapi akhirnya dikalahkan oleh penduduk
Vietnam sekarang yang hanya merupakan kelompok minoritas hingga sekarang.
Ø Orang-orang Cham merupakan kelompok masyarakat yang
menggunakan bahasa Austronesia dan mempunyai kedekatan kebangsaan dengan
masyarakat yang tinggal di kepulauan Indonesia.
Ø Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur
tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut
adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia
sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya
yang lain.
C. Kebudayaan India
Dalam
sejarah dunia, Indonesia danIndia sudah melakukan hubungan perekonomiansejak
zaman dahulu. Banyak penduduk Indiayang membeli rempah-rempah sampai
keIndonesia. Dalam melakukan hubunganperekonomian tersebut, penduduk India
jugamenyebarkan beberapa kebudayaan dankeyakinan yang mereka anut. Upaya-upaya
yangmereka tempuh dalam penyebarankebudayaannya lebih dominan melalui
karyasastra. Hasil karya sastra berbahasa Tamil dan Sansekerta, sudah lama
berkembang diwilayah Asia Tenggara.Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat
perdagangan terutamapada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut,
sehingga Indonesiamenjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk
pedagang India. Hubunganperdagangan Indonesia India telah terjalin sejak awal
abad 1 M.
Hal
ini menyebabkanmasuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan
masyarakatIndonesia.Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari
masa budaya prasejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses
perdagangan, yaitu jalurmaritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar
bangsa tersebut kemudianlebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya
ditemukan manik-manikberbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan
huruf Brahmi.Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan:
a.
Tersebarnya agama Hindu-Budha di
kalangan masyarakat Indonesia
b.
Dikenalnya sistem pemerintahan
kerajaanc. Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zamansejarah bagi masyarakat
kepulauan Indonesiad. Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada
kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan
tulisan.Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
Ø Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan
tampakpada bentukbangunan candi. Di India, candimerupakan kuil untuk memuja
para dewa denganbentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagaitempat
pemujaan, juga berfungsi sebagai makamraja atau untuk tempat menyimpan abu
jenazahsang raja yang telah meninggal. Di atas makam sang raja biasanyadidirikan
patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal
inisebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan
pemujaanroh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di
Indonesia padaumumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan
roh nenekmoyang.
Ø Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan
seni ukir terlihat pada relief atau seniukir yang dipahatkan pada bagian
dinding candi. Relief yang dipahatkan pada CandiBorobudur bukan hanya
menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang
menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan
bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia
pada masa itu.
Ø Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada
hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapatdikatakan secara keseluruhan
hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Manusia
awal Indonesia hidup secara bertahap. Marwati Djoened Poeponegoro dan Nugroho
Notosusanto menggambarkan kehidupan manusia awal Indonesia ke dalam empat
tahapan, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat awal, masa berburu
dan mengumpulkan makanan tingkat lanjutan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian. Tahapan-tahapan ini merupakan suatu kesinambungan. Untuk melakukan
perubahan dalam setiap tahapannya memerlukan waktu yang relative lama. Hal ini
mampu memberikan warna yang berbeda untuk setiap tahapnya pada semua
aspek kehidupan.
Kehidupan masyarakat pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan masih sangat sederhana. Masa ini desebut sebagai masa food
gathering (mencari dan mengumpulkan makanan) dengan sistem hidup
berpindah-pindah (nomaden). Manusia
purba telah menghasilkan kebudayaan secara sederhana dengan menciptakan
alat-alat untuk menangkap binatang buruan, menguliti binatang buruan, mengorek
ubi-ubian, mengail ikan dari bahan-bahan seperti batu, kayu, tulang, tanduk
binatang, dan sebagainya.
Kemudian manusia prasejarah berkembang dengan mulai
mengenal tempat tinggal sementara (semi sedenter), misalnya di tepi pantai
atau di gua-gua. Sisa-sisa peninggalan hidup tempat tinggal sementara dari
zaman Mesolitikum ini antara lain kyokkemoddinger (sampah dapur) dan abris
sous roche (gua sebagai tempat tinggal).
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment